3.01.2010

Bakhil menurut Imam Al-Ghazali

Bakhil adalah penyakit hati yang sangat kronis dan riskan. Allah swt. berfirman: “Dan barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.s. Al-Hasyr: 9).
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.” (Q.s. Ali Imran: 180).
“(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir...” (Q.s. An-Nisa’: 37).
Rasulullah saw. bersabda,
“Jauhilah sifat bakhil, karena sesungguhnya sifat bakhil itu telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu.”
“Sifat dermawan adalah pohon yang tumbuh di surga, dan tidak akan masuk surga kecuali orang yang dermawan.Sedang sifat bakhil adalah pohon yang tumbuh di neraka, maka tidak akan masuk neraka kecuali orang yang bakhil.”�
“Ada tiga hal yang membinasakan:sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti dan mengagumi diri sendiri.” (H.r. Thabrani).
“Sifat yang paling jahat bila ada pada seseorang ialah sifat kikir yang menggelisahkan dan sifat pengecut yang menjerumuskan.”
“Sesungguhnya Allah murka kepada orang yang bakhil dalam hidupnya, dan senang kepada orang dermawan di saat meninggalkannya.”
“Dermawan yang jahat lebih baik dan disukai Allah daripada ahli ibadat yang bakhil.”
“Dua perangai tidak akan berpadu pada diri seorang Mukmin: sifat kikir dan perangai yang jelek.”
Asal-Usul Bakhil
Sesungguhnya sumber sifat bakhil itu lantaran cinta harta, sebagai sifat tercela. Dan orang yang tidak mempunyai harta tidak akan tampak kebakhilannya dengan keengganan bersedekah, tetapi akan tampak dengan adanya orang yang cinta harta.Betapa banyak orang berderma, tetapi hatinya sangat terpaut dan cinta pada harta, sehingga bila berderma, yang diharapkannya adalah agar dirinya disebut dermawan. Ini pun tercela dalam agama. Karena cinta dunia membuat hati lupa berdzikir kepada Allah, berpaling pada kepentingan duniawi, dan tidak suka pada kematian yang merupakan wahana bertemu Allah swt.
Allah swt. berfirman:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.” (Q.s. Al-Munafiqun: 9).
“Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) ...“ (Q.s. At-Taghabun: 15).
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.” (Q.s. At-Takatsur: 1).
Rasulullah saw. bersabda dalam beberapa hadis beliau:
“Janganlah kamu terbiasa menjadikan barang-barang antik mahal sebagai perabot rumahmu, agar kamu tidak tergiur pada dunia!”
Suatu ketika beliau ditanya, “Siapakah ummat Anda yang paling buruk?” Beliau menjawab, “Para hartawan.”
Sabdanya, “Barangsiapa menumpuk harta melebihi kebutuhannya berarti dia telah mengambil kematiannya sendiri tanpa disadari.”Seseorang berkata kepada Rasul saw, “Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak suka kematian.”“Apakah engkau punya harta?” tanya Rasul saw.“Benar,” jawab orang itu.“Kemarikan hartamu! Sebab hati seseorang dibebani hartanya. Jika didatangkan harta itu, ia senang untuk mendapatkannya. Jika diundurkan harta itu, ia suka untuk diwariskan.”
Rasul saw bersabda, “Jika seorang hamba meninggal dunia, malaikat berkata, Apa yang dibawa?’ Hamba berkata, ‘Apa yang diwariskan’?”
Sabdanya pula, “Celaka si hamba dirham, celaka si hamba dinar. Celaka dan hina! Apabila terkena duri tidak akan bisa dicabutnya.”
“Sebaik-baik harta adalah harta yang berada di tangan orang saleh.”
Sabdanya, “Dunia adalah ladang akhirat.”Bagaimana harta sepenuhnya tercela ? Sedang hamba itu bepergian menuju Allah swt, dan kehidupan dunia adalah salah satu fase perjalanannya, fisiknya adalah kendaraannya? Dapatkah melakukan perjalanan menuju kepada Allah tanpa harta, dan kuatkah fisik menjadi kendaraan tanpa makan dan pakaian? Tentu saja tidak!.Tanpa harta, orang mustahil dapat memiliki dan mengenakan pakaian, serta makan . Tanpa makan dan pakaian, orang tidak mungkin mampu untuk melakukan perjalanan menuju Allah swt. Jika hal ini dapat dipahami, seseorang tidak mungkin akan menumpuk kekayaan dan harta melebihi kebutuhannya sebagai bekal perjalanan. Jika mampu seperti itu, dia akan meraih makna kebahagiaan sejati.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw. Kepada Aisyah r.a, “Hai Aisyah, bila engkau ingin bersamaku di Surga, ambillah dunia sekadar kebutuhan bekal seorang musafir, dan jangan terbiasa memperbarui pakaian serta menanggalkannya hingga engkau menambalnya!”

4 komentar:

Anonim mengatakan...

beramalah meski sedikit yang penting ikhlas, namun sayangnya sering kita menggunakan alasan ikhlas untuk menutupi kebakhilan

Blogger Admin mengatakan...

gmn request saya kemaren bang ? mohon yah bang......ada pesenan dari calon istri saya soale....mohon bantuanya.....

NURA mengatakan...

salam sobat
trims pencerahannya mas,,
saya tambah ilmu lagi bakhil menurut Imam Ghazali.

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

assalamualaikum wr wb.. :)

Posting Komentar

Terimakasih sahabat telah berkunjung di blog sederhana ini
saya ada blog yang lain yaitu taman kunang-kunang terimakasih

Artikel

Followers