10.10.2009

Jangan saling menjelekan


 
 
 
 

Kerap kali kita menjuluki orang lain dengan ciri-ciri fisik yang mereka miliki Atau memplesetkan nama-nama sahabat kita menjadi sebuah nama baru yang menurut kita lucu. Apalagi jika ditambah dengan sifat-sifat atau tindakan konyol yang pernah dilakukan atau terjadi oleh sahabat kita itu.  Atau kita memanggil mereka dengan nama orang tuanya.

Kita harus betul-betul menghindari tindakan-tindakan yang mungkin bisa berdampak buruk bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Saya masih sering mendengar, entah untuk lucu-lucuan, enatah untuk mengakrabkan diri, entah sengaja untuk menyakiti perasaan, beberapa dari sahabat kita memanggil sahabat lainnya tidak dengan nama sesuangguhnya.

Waktu kecil saya melakukannya. Saya pelaku sekaligus korban. Hampir semua sahabat saya melakukannya.Mereka pelaku, mereka juga korban. Hal ini terjadi dari mulai di lingkungan rumah, sekolah dasar, menengah, hingga SMA. Kami ingin bersenang-senang. Namun kadang ingin juga sedikit menyakiti hari orang-orang itu. "Dasar Kurus!"

Coba kita renungkan Hadis Nabi dan Para Ulama


Astagfirullah. Betapa sejak kecil dulu kita telah menjadi penjahat. Telah membunuh karakter setiap orang. Telah melukai banyak orang. Tak semua sahabat kecil kita berhati tegar.

Apa jadinya jika sahabat-sahabat kecil kita dulu masih ingat apa saja yang pernah menimpa diri mereka, masih ingat siapa saja yang dulu melakukannya? Astagfirullah. Bagaimana jika sahabat-sahabat kecil itu kini telah dewasa dan masih menyimpan kenangan buruk yang mereka alami? Bagaimana jika mereka masih akan terus mengingatnya? Bagaimana jika mereka masih sakit hati? Masih tak rela, masih dendam. Bagaimana jika mereka tak memaafkan?

Padahal kita sering menganggap semuanya telah lewat. Kita melupakan, kita menganggap orang lain akan melupakan juga. Astagfirulah. Kita telah gegabah benar. Padahal belum tentu kita masih akan punya kesempatan untuk bertemu mereka lagi.

Bagaimana mungkin kita bisa hidup damai sementara orang-orang di masa lalu masih memendam rasa sakit hati kepada kita? Bagaimana mungkin kita berharap hidup tenang di akhirat padahal kita meninggalkan sahabat-sahabat yang belum memaafkan salah-salah kita?

Ya, Allah. Semoga hati dan pikiran saya dibersihkan dari perasaan tak ikhlas. Semoga hati dan pikiran saya memaafkan segala salah yang pernah dilakukan leh sahabat-sahabat saya. Andai saya diberi kesempatan untuk bisa bertemu dengan para sahabat pernah saya lukai perasaannya, saya ingin meminta maaf. Agar tak ada beban yang membuat jiwa melekat pada semesta. Karena saya ingin hidup kali terakhir ini saja.

2 komentar:

NURA mengatakan...

salam sobat
kita sama-sama manusia yang diciptakan oleh ALLAH SWT,,
dihadapan ALLAH SWT derajat kita manusia sama,,,
untuk apa kita saling menjelek-jelekan,,sama saja menjelekan diri sendiri.

Life is more meaningful to mengatakan...

Membuka Aib Orang Lain

Tidak bisa dibilang bijaksana orang yang memegang kebenaran tapi mengorbankan perasaan orang lain.

Kebenaran mutlak itu hanyalah milik Allah, sementara Allah itu adalah hakim tunggal yang sangat menjaga aib hambanya, mengapa manusia yang mempunyai kebenaran yang relatif berani membuka aib orang lain.

Ingatlah kehilangan 1 teman itu menimbulkan 1000 musuh. Katakanlah kebaikan musuhmu, suatu saat ia menjadi teman baikmu. Jangan katakan keburukan temanmu, suatu saat ia jadi musuhmu.

Kebenaran itu hanya ditujukan untuk diri sendiri, bukan orang lain. Persetan dengan kebenaran, lebih penting menjaga hati orang lain. Membicarakan kejelekan atau membuka aib orang lain adalah kemiskinan spiritual, sekalipun mereka membicarakan spiritual

Posting Komentar

Terimakasih sahabat telah berkunjung di blog sederhana ini
saya ada blog yang lain yaitu taman kunang-kunang terimakasih

Artikel

Followers